Selasa, 22 Maret 2016

Peran Sahabat

Peran sahabat
“Bukanlah sahabat bagimu, kecuali orang yang mau berkawan dengan mu ketika ia telah mengetahui kejelekanmu. Tiadalah orang yang seperti itu kecuali tuhan yang maha pemurah. Sebaik-baik orang yang menjadi kawanmu adalah yang memperhatikan kepentinganmu, bukan karena kepentingan yang ia inginkan darimu”
Kalimat di atas merupakan kalimat hikmah yang di tuliskan oleh imam ibnu’ atho’illah didalam kitab nya al-hikam, kalimat di atas mengandung pesan betapa besarnya pengaruh seorang sahabat bagi kita, apalagi kita memang tidaklah bisa dilepaskan darinya, dan kita tidaklah mungkin hidup sendirian dibumi ini tanpa seseorang yang mendampingi untuk mlangsungkan hidup dengan sebaik-baiknya. Baik itu sahabat yang hanya untuk sekedar berinteraks setiap harinya ataupun sahabat yang sangat special bagi kita.
 Seorang sahabat bisa membantu kita melakoni amalan-amalan hebat yang dapat mengantarkan kita kepada hal-hal yang positif. Di sisi lain, sahabat juga bisa menghalangi diri kita dari perjalanan menuju hal-hal yang negatif. Pengaruh teman terhadap diri kita sungguh luar biasa, bahkan melebihi anggota keluarga. karena kita dan sahabat kita di ibaratkan sapu lidi, yang mana di antara satu lidi dengan satu lidi lainnya seling membutuhkan untuk meraih tujuan yang dinginkan yaitu membersihkan halaman. kita tidak bisa membayangkan bagimana jika kita menyapu dengan satu lidi, pasti hasilnya sebagaimana kita bayangkan. hal ini mengacu terhdap perumpamaan yang telah nabi sabdakan tentang teman:
عَن أَبِي مُوسَى رَضِيَ الله عَنْهُ عَن النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ: كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ؛ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً, وَنَافِخُ الْكِيرِ؛ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثة
 “Diumpamakan rekan yang soleh dan rekan yang jahat ialah seperti (berkawan) dengan penjual minyak wangi dan tukang besi. Penjual minyak wangi adakalanya tidak akan mensia-siakan anda, dan adakalanya anda membelinya atau hanya mendapat bau harumannya. Tukang besi pula boleh menyebabkan rumah anda atau baju anda terbakar, atau mendapat bau apek saja.”
Oleh karenanya, agama menganjurkan kepada kita  sebelum bersahabat dengan orang agar  memilih sahabat yang benar-benar tepat untuk dijadikan sahabat yang dapt  mengantarkan terdapat hal-hal yang positif bagi kita. Tidak sembarang orang bisa kita jadikan sahabat,  sebagaimana Rosulullah bersabda:
المَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ, فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَن يُخَالِطُ               
            “ seseorang itu mengikuti atau menurut (cara hidup) temannya, oleh karena itu hendaklah seseorng dintara kalian melihat terlebih dahulu siapakah yang sekiranya pantas atau cocok dijadikan teman.
Dalam hal ini,  pasti kita akan betanya bagaimanakah ciri-ciri oranng yang dapat kita jadikan sahabat? Boleh lah bagi kita mengikuti nasehat Al-qomah (sahabat nabi) ketika menasehati putranya:

“Wahai anakku, sekiranya engkau merasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut.”
·         Pilihlah sahabat yang suka melindungi sahabatnya, dia adalah hiasan diri kita dan jika kita dalam kekurangan nafkah, dia suka mencukupi keperluan
·         Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, dia suka menerima dengan rasa terharu, jikalau ia melihat kebaikan yang ada pada dirimu, dia suka menghitung-hitungka n (menyebutnya)
·         Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, ia suka menerima dengan rasa terharu dan dianggap sangat berguna, dan jika ia mengetahui mengenai keburukkan dirimu ia suka menutupinya.
·      Pilihlah sahabat yang jikalau engkau meminta sesuatu daripadanya, pasti ia memberi, jikalau engkau diam, dia mula menyapamu dulu dan jika ada sesuatu kesukaran dan kesedihan yang menimpa dirimu, dia suka membantu dan meringankanmu serta menghiburkanmu.
·    Pilihlah sahabat yang jikalau engkau berkata, ia suka membenarkan ucapan dan bukan selalu mempercayainya saja. Jikalau engkau mengemukakan sesuatu persoalan yang berat dia suka mengusahakannya dan jika engkau berselisih dengannya, dia suka mengalah untuk kepentinganmu.
            Selain kita bisa mengambil nasehat al-qomah  di atas, bisa juga kita mengambil beberapa kalimat hikmah yang di ungkapkan imam ibnu atho’illah.
 “Sahabat yang hakiki ialah orang  yang suka memperhatikan kepentinganmu dan menunjukkan kebaikannya untukmu, dan ia berusaha untuk mencari banyak kebaikan demi kepentinganmu, kesenanganmu, dan kemanfaatan untukmu,. Walaupun ia sebenarnya mengetahui kejelekanmu dan aib darimu, akan tetapi ia berusaha untuk menutupinya dan memperbaikinya dengan kehalusan budi pekerti”
“sahabatmu yang paling baik ialah mereka yang dalam urusanmu dan kepentinganmu selalu diperhatikan, mencarikan dan menunjukkan kebaikan itu, serta berusaha mengajakmu kejalan utama, ia tidak akan meninggallkanmu dalam marabahaya dan menghindarkan dirimu dari kejahatan” dan carilah sahabat yang dapat menjadi obat dan jangan mencari sahabat yang menyebarkan penyakit. Tuntunlah sahabatmu apabila ia tergelincir, arahkan apabila ia lupa.

Di dalam anjuran ini, tidaklah kita hanya memandang terhadap ma’na dhohirnya saja yaitu bagaimana kita mencari sahabat. Dalam pengertian bahwa kita harus merefleksi serta mengoreksi orang yang akan kita jadikan sahabat. di balik tabir itu juga kita sebenarnya dituntut untuk merefleksi dan mengoreksi diri agar kita menjadi orang yang di inginkan oleh orang lain untuk  dijadikan sahabat yang diinginkan seperti diatas. Imam Al-ghozli berkata dalam kitab bidayahnya: orang yang beruntung itu sebenarnya orang yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain dan orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lain. Semisal: kita tidak mau bersahabat dengan orang yang pembohong. Sedangkan kita pembohong maka dapat  dipastikan juga orang  tidak akan ingin bersahabat dengan kita. waallahu a’lam