Peran sahabat
“Bukanlah sahabat bagimu, kecuali
orang yang mau berkawan dengan mu ketika ia telah mengetahui kejelekanmu.
Tiadalah orang yang seperti itu kecuali tuhan yang maha pemurah. Sebaik-baik
orang yang menjadi kawanmu adalah yang memperhatikan kepentinganmu, bukan
karena kepentingan yang ia inginkan darimu”
Kalimat di atas merupakan kalimat hikmah yang
di tuliskan oleh imam ibnu’ atho’illah didalam kitab nya al-hikam, kalimat di
atas mengandung pesan betapa besarnya pengaruh seorang sahabat bagi kita,
apalagi kita memang tidaklah bisa dilepaskan darinya, dan kita tidaklah mungkin
hidup sendirian dibumi ini tanpa seseorang yang mendampingi untuk mlangsungkan
hidup dengan sebaik-baiknya. Baik itu sahabat yang hanya untuk sekedar
berinteraks setiap harinya ataupun sahabat yang sangat special bagi kita.
Seorang sahabat bisa membantu kita melakoni amalan-amalan
hebat yang dapat mengantarkan kita kepada hal-hal yang positif. Di sisi lain,
sahabat juga bisa menghalangi diri kita dari perjalanan menuju hal-hal yang negatif.
Pengaruh teman terhadap diri kita sungguh luar biasa, bahkan melebihi anggota
keluarga. karena kita dan sahabat kita di ibaratkan sapu lidi, yang mana
di antara satu lidi dengan satu lidi lainnya seling membutuhkan untuk meraih
tujuan yang dinginkan yaitu membersihkan halaman. kita tidak bisa membayangkan
bagimana jika kita menyapu dengan satu lidi, pasti hasilnya sebagaimana kita
bayangkan. hal ini mengacu terhdap perumpamaan yang telah nabi sabdakan tentang
teman:
عَن
أَبِي مُوسَى
رَضِيَ الله
عَنْهُ عَن
النَّبِيِّ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ: كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ؛ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا
أَنْ يُحْذِيَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ
مِنْهُ رِيحًا
طَيِّبَةً, وَنَافِخُ الْكِيرِ؛ إِمَّا
أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ, وَإِمَّا أَنْ
تَجِدَ رِيحًا
خَبِيثة
“Diumpamakan rekan yang soleh dan
rekan yang jahat ialah seperti (berkawan) dengan penjual minyak wangi dan
tukang besi. Penjual minyak wangi adakalanya tidak akan mensia-siakan anda, dan
adakalanya anda membelinya atau hanya mendapat bau harumannya. Tukang besi pula
boleh menyebabkan rumah anda atau baju anda terbakar, atau mendapat bau apek
saja.”
Oleh karenanya, agama menganjurkan kepada
kita sebelum bersahabat dengan orang agar memilih sahabat yang benar-benar tepat untuk
dijadikan sahabat yang dapt mengantarkan
terdapat hal-hal yang positif bagi kita. Tidak sembarang orang bisa kita
jadikan sahabat, sebagaimana Rosulullah
bersabda:
المَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ, فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَن يُخَالِطُ
“
seseorang itu mengikuti atau menurut (cara hidup) temannya, oleh karena itu
hendaklah seseorng dintara kalian melihat terlebih dahulu siapakah yang
sekiranya pantas atau cocok dijadikan teman.
Dalam hal ini,
pasti kita akan betanya bagaimanakah ciri-ciri oranng yang dapat kita
jadikan sahabat? Boleh lah bagi kita mengikuti nasehat Al-qomah (sahabat nabi)
ketika menasehati putranya:
“Wahai anakku, sekiranya engkau merasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut.”
·
Pilihlah sahabat yang suka melindungi sahabatnya, dia adalah
hiasan diri kita dan jika kita dalam kekurangan nafkah, dia suka mencukupi
keperluan
·
Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan
untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, dia suka menerima dengan rasa
terharu, jikalau ia melihat kebaikan yang ada pada dirimu, dia suka
menghitung-hitungka n (menyebutnya)
·
Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan
untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, ia suka menerima dengan rasa terharu
dan dianggap sangat berguna, dan jika ia mengetahui mengenai keburukkan dirimu
ia suka menutupinya.
· Pilihlah sahabat yang
jikalau engkau meminta sesuatu daripadanya, pasti ia memberi, jikalau engkau
diam, dia mula menyapamu dulu dan jika ada sesuatu kesukaran dan kesedihan yang
menimpa dirimu, dia suka membantu dan meringankanmu serta menghiburkanmu.
· Pilihlah sahabat yang
jikalau engkau berkata, ia suka membenarkan ucapan dan bukan selalu
mempercayainya saja. Jikalau engkau mengemukakan sesuatu persoalan yang berat
dia suka mengusahakannya dan jika engkau berselisih dengannya, dia suka
mengalah untuk kepentinganmu.
Selain kita bisa mengambil nasehat
al-qomah di atas, bisa juga kita
mengambil beberapa kalimat hikmah yang di ungkapkan imam ibnu atho’illah.
“Sahabat
yang hakiki ialah orang yang suka
memperhatikan kepentinganmu dan menunjukkan kebaikannya untukmu, dan ia
berusaha untuk mencari banyak kebaikan demi kepentinganmu, kesenanganmu, dan
kemanfaatan untukmu,. Walaupun ia sebenarnya mengetahui kejelekanmu dan aib
darimu, akan tetapi ia berusaha untuk menutupinya dan memperbaikinya dengan
kehalusan budi pekerti”
“sahabatmu yang paling baik ialah mereka yang
dalam urusanmu dan kepentinganmu selalu diperhatikan, mencarikan dan
menunjukkan kebaikan itu, serta berusaha mengajakmu kejalan utama, ia tidak
akan meninggallkanmu dalam marabahaya dan menghindarkan dirimu dari kejahatan”
dan carilah sahabat yang dapat menjadi obat dan jangan mencari sahabat yang
menyebarkan penyakit. Tuntunlah sahabatmu apabila ia tergelincir, arahkan
apabila ia lupa.
Di dalam anjuran ini, tidaklah kita hanya
memandang terhadap ma’na dhohirnya saja yaitu bagaimana kita mencari sahabat. Dalam
pengertian bahwa kita harus merefleksi serta mengoreksi orang yang akan kita
jadikan sahabat. di balik tabir itu juga kita sebenarnya dituntut untuk
merefleksi dan mengoreksi diri agar kita menjadi orang yang di inginkan oleh
orang lain untuk dijadikan sahabat yang
diinginkan seperti diatas. Imam Al-ghozli berkata dalam kitab bidayahnya: orang
yang beruntung itu sebenarnya orang yang dapat mengambil pelajaran dari orang
lain dan orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lain. Semisal: kita tidak mau
bersahabat dengan orang yang pembohong. Sedangkan kita pembohong maka
dapat dipastikan juga orang tidak akan ingin bersahabat dengan kita.
waallahu a’lam